Marhaban Ya Ramadhan 1437 H (6 Juni 2016 )

Marhaban Ya Ramadhan 1437 H  (6 Juni 2016 ) Alhmadulillah ... Ramadhan yang di nanti telah datang "Marhaban Ya Ramadhan.. Sahrul Mubarakah, Syarul Magfiroh". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “marhaban” diartikan sebagai “kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu (yang berarti selamat datang)”. Ia sama dengan “ahlan wa sahlan” yang juga dalam kamus tersebut diartikan “selamat datang”.

Marhaban Ya Ramadhan 1437 H (6 Jn 2016 )

Walaupun keduanya berarti “selamat datang” tetapi penggunaannya berbeda. Para ulama tidak menggunakan “ahlan wa sahlan” untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan “marhaban ya Ramadhan”.

Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti “keluarga”, sedangkan sahlan berasal dari kata sahl yang berarti “mudah” atau “dataran rendah” karena mudah dilalui.

Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan selamat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat yaitu, “(Anda berada di tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah.”

Marhaban terambil dari kata rahb yang berarti “luas” atau “lapang”. Sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.

Dari akar kata yang sama dengan “marhaban”, terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti “ruangan luas untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan”.

Marhaban ya Ramadhan berarti “Selamat datang Ramadhan” mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya mengganggu ketenangan atau suasana nyaman kita.

Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

اَتَاكُمْ رَمَضَانُ سَيِّدُ الشُّهُوْرِ فَمَرْحَبًا بِهِ وَاَهْلاً جَاءَ شَهْرُ الصِّيَامِ بِالبَرَكَاتِ فَاكْرِمْ بِهِ مِنْ رَائِرٍ هُوَ اَتٍ

Artinya : “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka selamat datanglah kepadanya. Telah datang bulan shaum membawa segala rupa keberkahan. Maka alangkah mulianya tamu yang datang itu”. (H.R. Ath-Thabrani).

Pada hadits lain disebutkan,

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ كَتَبَ اللّهُ عَلَيْكُمْ صِيَا مُهُ فِيْهِ تُفْتَحُ اَبْوَابَ الجِنَانِ وَتُغْلَقُ اَبْوَابُ الجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ  فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُ هَا فَقَدْ حُرِمَ

Artinya : ”Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkati. Allah telah mewajibkan atas kalian shaum padanya. Di dalamnya dibuka lebar-lebar pintu-pintu surga, dan dikunci rapat-rapat pintu-pintu neraka, dan dibelenggu syaithan-syaithan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebajikan pada malam itu, berarti diharamkan baginya segala rupa kebajikan”. (H.R.  Ahmad, An-Nasa’i, dan Al-Baihaqi, dari Abu Hurairah).

Itulah, tamu agung nan mulia, bulan suci Ramadhan, bulan diwajibaknnya shaum (puasa) Ramadhan sebulan penuh, seperti perintah Allah,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: ” Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu puasa,sebagaimana juga pernah di wajibkan atas ummat-ummat sebelum kamu semua itu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183).

Marhaban ya Ramadhan Bulan Penuh Berkah

Bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, padanya dilipatgandakan amal-amal kebaikan dan disyariatkan amal-amal ibadah yang agung.

Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan ingin meraih ridha-Nya. Sehingga kaum Muslimin menyambut tamu agung tersebut dengan sebaik-baiknya.

Imam Ibnu Rajab menyebutkan, “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para syaitan dibelenggu?”

Para ulama terdahulu (salaf) jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan, mereka berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar mereka mencapai bulan yang mulia tersebut. Karena mencapai bulan Ramadhan merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah.

Mu’alla bin al-Fadhl berkata, “Dulunya (para ulama salaf) berdoa kepada Allah  selama enam bulan sebelum Ramadhan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian mereka berdoa kepada-Nya selama enam bulan berikutnya setelah Ramadhan agar Allah berkenan menerima amal-amal shaleh yang mereka kerjakan dalam bukan Ramadhan.”

Maka hendaknya setiap Muslim selayaknya mengambil teladan dari para ulama terdahulu dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, dengan bersungguh-sungguh berdoa dan mempersiapkan diri untuk mendulang pahala kebaikan, pengampunan serta keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu juga agar kelak di akhirat akan merasakan kebahagiaan dan kegembiraan besar ketika bertemu Allah dan mendapatkan ganjaran yang sempurna dari amal kebaikan mereka.

Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur dan “balas dendam” ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah  dari pada manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya.

Tapi persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah shaum (puasa) dan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya. Yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktik ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Juga yang utama adalah membersihkan diri dari niat, sifat dan akhlak yang buruk, sehingga dapat memasuki Ramadhan dengan hati bersih.

Dalil-Dalil tentang Kewajiban Ibadah Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan itu wajib hukumnya bagi setiap Muslim yang balig (dewasa), berakal, dalam keadaan sehat, dan bermukim (tidak sedang melakukan perjalanan atau safar). Dalil-dalil wajibnya ibadah puasa Ramadhan tertuang dalam Alquran, hadis, maupun pendapat para ulama. Berikut penjelasannya :

1. Dalil dari Alquran
Allah Swt. telah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah: 183 mengenai perintah ibadah puasa Ramadhan yang wajib untuk dilakukan bagi orang-orang yang bertakwa.

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".

Kemudian dalam Q.S. al-Baqarah: 185 dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan lebih khusus siapa saja yang wajib melakukannya.
 
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

  
“… (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain …”

2. Dalil dari Sunnah Nabi Muhammad Saw 

Nabi Muhammad saw. telah bersabda bahwasanya ibadah puasa Ramadhan merupakan salah satu tiang penyangga (fondasi) agama Islam yang wajib dilaksanakan. Jika salah satu tiang itu roboh, maka robohlah agama Islam itu.

    حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ


Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari ‘Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar berkata,

“Rasulullah saw. bersabda,

‘Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan,'” (H.R. Bukhari – 7, lihat juga hadis yang serupa H.R. Muslim 20, 21, 22, Tirmidzi 2534, Nasa’i 4915, Ahmad 5414, 5743, 6019).

Dalam riwayat lain disebutkan ketika Nabi ditanya oleh seorang badui yang datang kepadanya menanyakan wajibnya perintah berpuasa. Berikut riwayat selengkapnya:

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada saya Isma’il bin Ja’far dari Abu Suhail dari Bapaknya dari Tholhah bin ‘Ubaidullah; Ada seorang ‘Arab Badui datang kepada Rasulullah saw. dalam keadaan kepalanya penuh debu lalu berkata,

“Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan buatku tentang shalat?” Maka Beliau menjawab, “Shalat lima kali kecuali bila kamu mau menambah dengan yang tathowwu’ (sunnat) “.

Orang itu bertanya lagi, “Lalu kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan buatku tentang shaum (puasa)?

” Maka Beliau menjawab, “Shaum di bulan Ramadhan kecuali bila kamu mau menambah dengan yang tathowwu’ (sunnat) dan shiam (puasa) Ramadhan” Orang itu bertanya lagi, “Lalu kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan buatku tentang zakat?”

Berkata, Tholhah bin ‘Ubaidullah r.a. maka Rasulullah menjelaskan kepada orang itu tentang syariat-syariat Islam. Kemudian orang itu berkata, “Demi Dzat yang telah memuliakan anda, Aku tidak akan mengerjakan yang sunnah sekalipun, namun aku pun tidak akan mengurangi satupun dari apa yang telah Allah wajibkan buatku”.

Maka Rasulullah saw. berkata, “Dia akan beruntung jika jujur menepatinya atau dia akan masuk surga jika jujur menepatinya,” (H.R. Bukhari – 1758, lihat juga Nasa’i 2063).

Para jumhur ulama juga berpendapat wajibnya ibadah puasa Ramadhan ini merupakan sudah ma’lum min ad-din bi adh-dharurah yaitu secara pasti sudah diketahui wajibnya karena merupakan rukun Islam. Atas hadis-hadis inilah para ulama juga merumuskan rukun Islam. Oleh karena itu, jika meninggalkan perintah ini, hukumnya termasuk orang yang kafir.

Persiapan Menghadapi Ramadhan

Sebagai seorang muslim hendaklah mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan di dalam menyambut bulan suci Ramadhan serta amalan-amalan yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana Kita Menyambut Bulan Ramadhan ?
  1. Memperbanyak do’a kepada Allah Adalah merupakan kebiasaan bagi para generasi yang shalih pendahulu kita dengan memperbanyak do’a sebelum masuknya bulan Ramad-han, sehingga diriwayatkan diantara me-reka ada yang memohon kepada Allah agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan sejak 6 bulan sebelumnya. Mereka juga memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan dan pertolongan di dalam melaksanakan ibadah-ibadah di dalamnya seperti puasa, qiyamul lail, sedekah dan sebagainya.
  2. Mempersiapkan jiwa Yaitu dengan memperbanyak amal-amal shalih pada bulan Sya’ban karena pada bulan ini bulan diangkatnya amalan-amalan pada Allah. Sebagaimana hadits Usamah bin Zaid yang diriwa-yatkan oleh Imam An Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah yang dihasankan oleh Syaikh Al Albani bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa sepanjang bulan Sya’ban atau beliau memperbanyak puasa di dalamnya kecuali hanya beberapa hari saja beliau tidak melakukannya.
  3. Bertafaqquh (mempelajari) hukum-hukum puasa dan mengenal petunjuk Nabi shallallahu alaihi wasallam, mempelajari syarat-syarat diterimanya puasa, hal-hal yang mem-batalkannya, hukum berpuasa di hari syak (meragukan), perbuatan-perbuatan yang dibolehkan dan dilarang bagi yang berpuasa, adab-adab dan sunnah-sunnah berpuasa, hukum-hukum shalat tarawih, hukum-hukum yang berkaitan dengan orang yang memiliki udzur seperti me-ngadakan perjalanan, sakit, hukum-hukum yang berkaitan dengan zakat fitri dan lain-lain. Maka hendaknya kita ber-ilmu sebelum memahami dan mengamal-kannya. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala : “Maka ketahuilah, bahwa sesungguh-nya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan termpat tinggalmu” (QS. Muhammad :19) Didalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala mendahu-lukan perintah berilmu sebelum berkata dan berbuat.
  4. Mengatur sebaik-baiknya program di bulan Ramadhan, Bila seorang tamu yang agung datang berkunjung ke rumah kita kemudian kita menyambutnya dengan baik tentu kita akan mendapatkan pujian serta balasan dari tamu tersebut, begitu pula dengan bulan Ramadhan yang datang dengan membawa berbagai macam keutamaan. Jika kita menyambutnya dengan persia-pan serta program-program untuk tamu agung ini tentu kita akan mendapatkan keutamaan-keutamaan tersebut.
  5. Bersuci dan membersihkan diri, Yaitu kebersihan yang bersifat mak-nawi seperti taubat nasuha dari segala dosa dan maksiat. Pantaskah kita me-nyambut tamu yang agung dan mulia dengan keadaan yang kotor?, Pantaskah kita menyambut bulan Ramadhan yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya dengan gelimangan dosa?, Bagaimana kita ber-puasa sedangkan shalat masih sering kita lalaikan ? yang mana meninggalkannya merupakan sebuah kekufuran. Bagaima-na kita menahan diri dari segala yang mubah (makan dan minum) kemudian berbuka dengan sesuatu yang haram ? yang merupakan hasil riba, suap dan harta haram lainnya. Bagaimana kita ber-harap puasa kita dapat diterima sedang-kan kita dalam keadaan seperti ini. Renungilah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ 

“Barangsiapa yang tidak meninggal-kan perkataan dusta dan beramal dengannya maka tidak ada bagi Allah kepentingan terhadap puasa (yang sekedar meninggalkan makan dan minum)” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu sebelum pintu taubat tertutup, sebelum matahai terbit dari sebelah barat, sebelum nyawa sampai di tenggorokan maka bersegeralah bertau-bat dengan taubat yang sebenar-benarnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

 “Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya…” (QS. At Tahrim:8)

Maka dari itu hendaklah kita mengisi bulan suci ini dengan memperbanyak iba-dah shalat sunnat, membaca Al Qur’an, memperbanyak tasbih, tahmid, takbir dan istighfar dan lebih peduli kepada nasib orang fakir dan miskin, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali silaturrahmi, memuliakan tamu, men-jenguk orang sakit dan ibadah-ibadah lain yang semisal dengan itu guna meraih gelaran mulia dari Allah, yaitu “Taqwa” dimana ia merupakan simbol sejati bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa mengikhlaskan hati dan memurnikan iman yang terpatri lewat amalan ibadah yang relevan dengan hukum syar’i.

Keutamaan Puasa Ramadhan

Berpuasa di bulan Ramadhan selain ia suatu kewajiban individu bagi yang memenuhi syarat, namun ia juga me-nyimpan banyak keutamaan di balik semua itu, diantaranya :
  • Puasa adalah rahasia antara hamba dengan Tuhannya. Dan Allah-lah yang akan memberikan balasannya. Dalam hadits qudsi Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : 
Tidaklah seorang anak Adam mela-kukan suatu amalan kebaikan, kecuali akan dituliskan baginya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat (pahala) kebaikan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Kecuali puasa maka sungguh puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang me-nentukan ganjaran (pahala)nya” (HR. An Nasaa’i)

Imam An Nawawi rahimahullah berkata:

Dikatakan (bahwasanya Allah sendiri yang akan memberikan pahala orang berpuasa) karena puasa adalah bentuk ibadah yang tersembunyi yang jauh dari perbuatan riya’, hal ini berbeda dengan ibadah shalat, hajji, berjihad, shadaqah dan amalan-amalan ibadah yang zhahir (tampak) lainnya (Lihat Syarh Shahih Muslim 8:271)
  • Bagi orang-orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembira-an, kegembiraan ketika ia berbuka dan kegembiraan ketika ia menemui Rabb-nya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
 مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

Bagi orang yang berpuasa dua kegembiraan, kegembiraan ketika ia berbuka serta kegembiraan ketika ia menemui Rabbnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Pengampunan dosa 
Seorang hamba yang berpuasa dan melakukan amal ibadah lainnya karena iman dan mengharap ridha Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diam-puni oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullahshallallahu alaihi wasallam bersabda :

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, diampuni dosa-dosa nya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada aroma misk (minyak wangi). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

 لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada aroma misk (minyak wangi) (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Terdapat waktu yang mustajab. 
Bagi yang berpuasa ada waktu, yang mana apabila ia berdo’a pada waktu tersebut, maka do’a itu tidak tertolak, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :

Sesungguhnya orang-orang yang ber-puasa pada saat berbuka mempunyai waktu dimana do’anya tidak tertolak” (HR. Ibnu Majah)

Ya Allah kami rindu dengan bulan Ramadhan ini, maka berilah kami kekuatan untuk beribadah didalamnya sebagai-mana yang Engkau cintai dan ridhai, aamin...

Nah dia sobat dedesobirin1.blogspot.com sediki informasi yang bisa admin bagikan, mudah-mudahan ada manfatnya. Jangan lupa baca juga artikel lainnya terkait Peran Serta BNI Pada Lingkungan dan Sosial. Terima kasih sudah berkunjung dan membaca postingannya. Demikianlah informasi seputar Marhaban Ya Ramadhan 1437 H (6 Juni 2016 ).

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Marhaban Ya Ramadhan 1437 H (6 Juni 2016 )"

Post a Comment